Jumat, 27 November 2009

Komputer Mengubah Cara Masyarakat Bekerja

    Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi khususnya komputer, sudah dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakat. Namun perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini ternyata masih banyak terdapat kesenjangan yang terjadi antara masyarakat perkotaan dan masyarakat di pedesaan khususnya masyarakat di daerah pedalaman. Hal ini terjadi karena tidak meratanya perkembangan yang terjadi, dan tingkat kebutuhan masyarakat yang berbeda. Kesenjangan inilah yang mempengaruhi cara masyarakat bekerja. 
    Hal yang saya amati disini adalah perbedaan cara kerja di dalam sebuah studio photo antara studio photo “ARTHA” di Sleman, Yogyakarta, tepatnya di jalan kaliurang perempatan selokan, dengan studio photo “ KONIKA1 ” di Gumawang, Belitang, OKU Timur, Sumatera Selatan. Di studio photo KONIKA, proses dari pemotretan hingga pencetakan, dilakukan secara manual. Artinya disini, mutlak bahwa proses dari awal hingga akhir dilakukan oleh manusia. Proses pemotretan masih menggunakan kamera yang menggunakan media penyimpanan film. Oleh karena itu, proses pencetakan pun masih dilakukan oleh manusia, yaitu menggunakan media ruang gelap dengan cara yang dikenal dengan istilah “cuci photo”. Dengan menggunakan metode ini, konsumen di studio photo tersebut membutuhkan waktu lebih dari lima jam untuk mengambil jadi gambar atau hasil cetakan foto. Hal ini berbeda dengan yang saya jumpai di studio photo ARTHA. Di studio photo ini, proses pemotretan dilakukan dengan kamera yang menggunakan media memori, sebagai media penyimpanan gambar hasil pemotretan. Pemotretan disini tidak hanya dilakukan satu kali tetapi, dilakukan sampai lebih dari lima kali, sehingga konsumen dapat memilih file mana yang akan di ambil, dan kemudian untuk dicetak. Tidak hanya itu, konsumen juga dapat memilih file tersebut ingin di cetak berwarna atau hitam putih, dengan hanya dalam satu file foto tersebut, dengan menggunakan komputer yang dilengkapi dengan software photoshop dan sejenisnya , para petugas di studio photo tersebut akan mengeditnya. Seluruh aktivitas yang dilakukan di studio photo ini seluruhnya menggunakan komputer. Bahkan di studio ARTHA ini, konsumen dapat mencetak foto sendiri dengan menggunakan komputer. Sehingga, seolah – olah masyarakat yang dapat merasakan era komputerisasi, terasa dimanjakan dengan kecanggihan dari perkembangan teknologi tersebut. Hal ini tidak terlepas dengan kemudahan dalam hal penggunaan perangkat komputer tersebut yang telah didesain sedemikian rupa. Hal ini berbeda jauh dengan yang ada di studio photo KONIKA. Di studio photo ini, kita tidak bisa bebas menentukan ukuran foto yang akan kita cetak. Misalnya, jika kita ingin mencetak foto dengan ukuran 2×4 dan 3×4, kita membutuhkan dua klise foto yang berbeda. Belum lagi jika kita ingin mencetak foto hitam putih, kita terlebih dahulu harus mempunyai klise foto yang berwarna hitam putih tersebut. Tentunya dengan hal seperti ini, masyarakat sebagai konsumen membutuhkan uang lebih untuk mendapatkan bermacam – macan model dan ukuran foto. 

    Kesimpulan yang dapat saya simpulkan disini adalah, dengan belum meratanya penyebaran terhadap akses teknologi informasi dan komunikasi khususnya dalam bidang komputer, terjadi perbedaan dalam cara manusia berpikir, dan bekerja. Sehingga masyarakat yang telah mendapat akses komputer dibuat lebih mudah dan lebih cepat, dengan hasil yang didapat lebih maksimal. Hal ini terlihat dari penjelasan diatas, tentang perbandingan cara kerja masyarakat yang sudah mendapat akses teknologi informasi dan komunikasi dengan baik dan memanfaatkannya dengan maksimal, dengan masyarakat yang kurang mendapatkan akses teknologi di bidang komputer tersebut. Komputer juga membuat masyarakat bisa bekerja lebih efisien. Dan tentunya, computer bias membuat yang sebelumnya tidak mungkin menjadi mungkin.

oleh : Yosia Khristiyawan Nugroho

sumber :
http://yosiakn.wordpress.com/2008/07/07/komputer-mengubah-cara-masyarakat-bekerja/
14 september 2009


0 komentar: